PANGULTOP OMPUNGNI PURBA PAK-PAK.
Alkisah di daerah PAK PAK ada kampung yg bernama TUNGTUNG
BATU masuk kawasan SILIMA PUNGGA PUNGGA, disana ada terjadi suatu
bencana yang disebabkan mengganasnya sejenis burung buas yang oleh
penduduk setempat disebut MANUK MANUK SIPITU ULU atau MANUK MANUK
NANGGORDAHA. Burung buas tersebut banyak menyambar anak anak untuk
menjadi mangsanya, oleh karena itu terberitalah suatu usaha dari Raja
Negri itu untuk mengadakan suatu pengumuman bahwa barang siapa yang
dapat membunuh burung tersebut akan dijadikan menantu Raja dan akan
diangkat menjadi RAJA PANDUA (wakil raja)
Begitu meluasnya
pengumumanRaja Silima Pungga pungga tersebut hingga terdengar sampai
dikampung BATU SARINDAN di daerah SENGKEL Aceh Selatan. Anak Tuan Batu
Sarindan seorang pemuda bernama RAENDAN tanpa berpikir panjang
memberitahukan niatnya kepada orang tuanya Tuan PINTU BATU untuk
mengikuti pengumuman Raja Pak pak tersebut.
Semula orang tuanya
merasa keberatan mengigat bahwa RAENDAN adalah anak tunggal, tetapi
akhirnya orang tuanya dapat menyetujui dan memberangkatkan si RAENDAN
dengan ULTOP PUSAKA LIKKIT BERACUN secukupnya, maka berangkatlah ia
dengan tekad untuk membunuh burung buas itu.
Sesampai di negeri SILIMA PUNGGA-PUNGGA iapun memberitahukan
kesanggupannya kepada raja negeri itu, maka mulailah pengembaraannya
dalam memburu burung NANGGORDAHA yang buas itu.
Setelah beberapa
hari menunggu burung buas itupun dating lagi untuk menyambar anak anak
sebagai mangsanya, dengan sigapnya si RAENDAN menghembuskan ultopnya
kearah burung itu, tetapi heran burung itu tidak mati tetapi terbang
kedahan kayu yang tidak jauh dari tempat itu, RAENDAN mengejarnya
kedekat pohon kayu itu dan sewaktu membidikkan ultopnya burung itu
terbang lagi kedahan kayu yang lain seolah oleh mengejek RAEDAN.
Demikianlah akhirnya setelah berminggu minggu mengikuti
jejak burung itu rupa rupanya ia sudah sampai didaerah sekitar LEHU,
desekitar hutan LEHU, RAENDAN kembali melihat burung NAGGORDAHA tersebut
bertengger diatas kayu BUAH BANGGAL pada waktu RAENDAN membidikkan
ultopnya burung itupun terbang lagi dari kayu yang satu ke kayu yang
lainnya, begitulah seterusnya dan setelah berbulan bulan sampailah dia
di hutan sekitar SIHODON HODON (sipitu huta).
Setelah istirahat
beberapa saat lamanya ia meliahat burung itu sedang bertengger diatas
BUAR BUAR maka RAENDAN membidikkan ultopnya tetapi burung itu terus
terbang juga, namun ia tidak putus asa dan terus mengikuti jejak burung
buas itu, akhirnya ia tersesat disekitar DOLOG SIMBOLON, RAENDAN terus
berjalan melalui hutan-hutan menuju kearah timur maka sampailah ia di
NAGUR RAJA (wilayah kerajaan nagur).
Dikerajaan NAGUR pada waktu itu
sedang terjadi peperangan dengan kerajaan lain, maka RAENDAN ditangkap
oleh tentara NAGUR dan dibawa menghadap TUAN NAGUR RAJA, RAENDAN
menceritakan dengan jujur pengalamannya memburu manuk manuk NANGGORDAHA,
Dikerajaan NAGUR ini ia mengabdikan diri pada kerajaan dan selalu
mendampinggi RAJA NAGUR dalam peperangan maupun dalam berburu, berkat
kecerdasan dan jasa jasanya membantu RAJA NAGUR untuk membina pasukan
sumpit berbisa(beracun) maka ia dijadikan memantu raja dan kawin dengan
putrid NAGUR bernama TAPI OMAS BORU DAMANIK.
Tidak berapa lama
sesudah hari perkawinan itu RAENDAN diajak oleh tulangnya (Raja Nagur)
berburu ke hutan, dengan tak disangka sangka ia bertemu lagi dengan
burung NANGGORDAHA yang dikejar kejarnya mulai tanah PAKPAK, burung itu
masih dapat terbang dan ia terus memburunya, dalam pengejaran burung itu
ia rupa-rupanya telah sampai di SIBORO GAUNG GAUNG, RAENDANpun sudah
hamper putus asa karena burung yang dikejar kejarnya itu tidak ketemu
lagi.
Ia berjalan terus dan sampailah ia di sekitar PEMATANG
PURBA, RAENDAN menemukan bangkai burung itu sudah membusuk, makanya ia
membulatkan tekadnya untuk tidak kembali ke PAK PAK, sebab kalupun ia
kembali tidak dapat dibuktikan lagi bahwa dialah yang membunuh burung
itu, dengan perasaan gundah iapun terus berjalan menuju NAGUR RAJA,
tetapi ditengah jalan iapun tersesat masuk kesebuah kampong yang bernama
SIMALLOBONG masuk wilayah kerajaan PANEI, bekas daerah tahlukhan
kerajaan siantar, disinipun RAENDAN menceritakan pengalamannya sejak
dari tanah pak pak. Karena yakin akan keterangannya maka TUAN
SIMALLOBONG dapat menerimanya dan kebetulan pula TUAN SIMALLOBONG adalah
marga DAMANIK keturunan dari NAGUR.
Pada suatu ketika
datanglah mertua TUAN SIMALLOBONG datang berkunjung ke simallobong
bersama seorang adik perempuannya yang cantik (BORU SARAGIH), mertua
tuan simallobong ini adalah TUAN SILAMPUYANG marga SARAGIH.
RAENDAN
merasa tertarik melihat aroma muka putri boru saragih tersebut dan
berusaha menegornya dengan ramah tamah, dan rupanya putri itupun
menyambut dengan baik, maka merekapun mengikat janji untuk melangsungkan
perkawinan, walupun tuan putri kembali bersama bapaknya ke
SILAMPUNYUNG, akan tetapi wajah RAENDAN tetap terbayang, karena tidak
dapat menahan rindu ia mohon ijin kepada bapaknya dengan dalih ingin
berkunjung kepada kakaknya di simallobong, kehendak ini ditolak oleh
bapaknya dengan alasan keamanan.
Akhirnya dengan bantuan TUAN
SIPOLHA, tuan putri boru saragih bersama dengan wanita lainnya naik solu
bolon ke TIGA LANGIUNG (sekarang haranggaol) dan dapat bertemu dengan
RAENDAN pada hari pekan.
Merekapun bersama sama berangkat
keperladangan disekitar pematang purba, disanalah mereka melangsungkan
perkawinan hidup rukun dan damai.
Berita tentang perkawinan
RAENDAN dengan putri silampuyang (br. Saragih) sampai juga kepada tuan
simallobang , tuan simallobang timbul amarahannya, karena dia tau bahwa
RAENDAN sudah kawin dengan putri raja nagur sewaktu ia bermukim disana.
Untuk menjaga agar tidak terjadi hal hal yang tidak diinginkan, maka
RAENDAN pindah kepematang purba dimana ia menemukan bakai burung
NANGGORDAHA.
Berkat ketekunan RAENDAN mengolah ladangnya maka hasil
panennyapun melimpah ruah, maka banyaklah orang berdatangan memintak
hasil tanamannya, RAENDAN selalu memberikan kepada siapa saja yang
memintanya, penduduk sekitar mengganggap RAENDAN sebagai orang yang
dihormati, mereka memanggilnya dengan julukan gelar TUAN PURBA, setiap
orang menerima hasil tanam tanamannya selalu mengucapkan DIATEI TUPA MA
TUAN PURBA.
Mendengar berita itu TUAN SIMALLOBONG bertambah
berang karena sudah timbul saingannya yakni TUAN PURBA (RAENDAN), karma
dialah satu satunya TUAN di wilanyah itu, Tuan simallobong memerintahkan
agar RAENDAN mengantarkan kembali adik istrinya ke SILAMPUYUNG dalam
waktu yang sangat singkat dan RAENDAN harus meninggalkan negeri itu,
tantangan itu tidak digubris oleh RAENDAN malah ia bertahan dan
menyatakan diri bahwa dialah TUAN ditempat itu dan tanah itu adalah
tanahnya sendiri, memperhatikan jawabban itu Tuan simallobong meminta
agar RAENDAN mengucapkan BIJA (sumpah) atas ucapannya itu. Tantangan
tersebut diterima oleh RAENDAN dan meminta waktu beberapa minggu,
RAENDAN segera kembali kekampung di BATU SARINDAN dan mohon petunjuk
dari bapaknya agar tidak termakan BIJA (sumpah) tersebut.
Oleh
bapaknya diberangkatkanlah SARENDAN dengan segemgam tanah, selembar
ampang (kulit kambing), dan air satu tatabu (labu) dengan peralatan itu
RAENDAN kembali ke purba, Tiba saat yang ditentukan maka RAENDAN
menduduki tanah yang segemgam yang diatasnya dilapisi ampang (kulit
kambing) dan meminum air dari tatabu lalu mengucapkan BIJA (sumpah )
"ANGGO LANG TANOHKU NA HUHUNDULI ON, JANAH BAHKU NA HUHINUM ON, MATEIMA
AHU, TAPI ANGGO TANOHKU DO NA HUHUNDULI ON JANAH BAHKU DO NA HUINUM ON,
AHU MA HOT JADI TUAN IJON" Sumpah tersebut disaksikan oleh TUAN
SIMALLOBONG, wakil wakil dari Raja berempat di Simalungun dan rakyat di
sekitar purba, dilaksanakan di TIGARUNGGU.
Demikianlah
akhirnya karena sampai batas waktu yang ditentukan maka RAENDAN tetap
segar bugar, berarti bija yang diucapkan adalah benar dan diridhoi Tuhan
yang Maha Kuasa menjadi TUAN di tanah PURBA, maka pada tahun 1515 TUAN
RAENDAN disyahkan (ipatappei sihilap) menjadi TUAN PURBA/RAJA PURBA
dengan marga PURBA PAK PAK, mengigat sejarah pengembaraannya dari daerah
PAKPAK berburu manuk manuk NAGGORDAHA.
Sejak saat itu resmilah
KERAJAAN PURBA menjadi kerajaan yang ke enam (6) di tanah Simalungun
sesudah kerajaan DOLONG SILAU, TANOH JAWA, PANEI, RAYA dan SIANTAR.
RAJA RAJA DI KERAJAAN PURBA
1. RAJA PURBA I. TUAN RAENDAN/PANGULTOP ULTOP 1515 – 1560
2. RAJA PURBA II. TUAN RAJIMAN 1560 – 1590
3. RAJA PURBA III.TUAN NANGGAR
1590 – 1631. 4. RAJA PURBA IV.TUAN BATIRAN
1631 – 1650
5. RAJA PURBA V. TUAN BAKKARAJA 1650 – 1679
6. RAJA PURBA VI. TUAN BARINGIN 1679 – 1727
7. RAJA PURBA VII. TUAN BONA BATU 1727 – 1762
8. RAJA PURBA VII. TUAN RAJAULAN 1762 – 1795
9. RAJA PURBA IX. TUAN ATIAN 1795 – 1830
10. RAJA PURBA X. TUAN HORMABULAN 1830 – 1867
11. RAJA PURBA XI. TUAN RAONDOB 1867 – 1904
12. RAJA PURBA XII. TUA RAHALIM 1904 – 1921
13. RAJA PURBA XIII. TUAN KAREL TANJUNG 1921-1934
14. RAJA PURBA XIV.TUAN MOGANG 1934 -1947
ditulis oleh
:J.Djamauli PURBA
diteruskan : Stev. Purba
No comments:
Post a Comment