Tuesday, November 20, 2012

Batik Simalungun

Juandaha Raya Purba berkata : "KERAJAAN NAGUR (500-1400)

Nagur pada masa kejayaanya terdiri dari dua wilayah; di selatan oleh Nagur dan di utara oleh Kerajaan Batangiou yang selanjutnya berub ah menjadi Kerajaan Tanah Jawa. Menurut kisah, raja Nagur pada masa jayanya menjemput permaisuri (puang bolon) dari Kerajaan Mataram di Jawa. Dari sini bermula orang Simalungun memakai gotong batik seperti yang kita pakai sampai sekarang ini."

Keterangan photo "Batak hoofd met zijn gevolg te Simaloengoen tahun 1935 yang artina kurang lebih keluarga pembesar simalungun"

coba perhatikan baik yang kiri dan kanan adalah jelas-jelas wanita Jawa,karena mereka memakai batik dan wajah pun juga wajah jawa disini saya mencoba mau mengangkat tentang gotong batik,nah andaikan saja sejak abad ke 4 masyarakat simalungun sudah memakai gotong batik dan terkhusus pembesar-pembesar simalungun lalu mengapa di photo ini para pembesar simalungun itu tidak menggunakan gotong batik ??

Coba kita masuk dan telaah lebih dalam mungkin kita tidak dapat jawaban paling tidak kita akan dapat sedikit kerangka berpikir dalam pembuatan sebuah pernyataan ataupun sebuah ulasan tentang sejarah karena apabila tidak kita ceramati bisa jadi ini akan menjadi mengakar kuat dan menjadikan sebuah kenyataan bahwasannya pada Abad ke 5 Simalungun sudah mengenakan kain batik.

berikut urain demi uraian saya babarkan disini berikut dengan sumber-sumber nya

Kita tilik saja terlebih dahulu asal muasal Batik Jawa dan Batik Sumatra

Batik Jawa

Batik adalah tehnik tehnik pewarnaan pada kain dengan menggunakan lilin yang membentuk motif lalu di celupkan kedalam zat pewarna. tehnik pencelupan ini disebut sebagi wax resistancedyeing technique yang sudah di kenal di berbagai penjuru dunia. Lilin mengikuti motif yang di gambar terlabih dahulu di maksudkan untuk menahan warna pada saat pencelupan. Dan setelah dikeringkan,kain bisa di celup dengan warna kain untuk memberikan variasi pada warna.


Bangsa mesir sudah mengenal tehnik ini sejak sebelum masehi,dan konon kain indah yang menyelimuti mumi di warnai melalui proses wax resistancedyeing technique. Ahli sejarah juga menemukan tehnik pewarnaan seperti ini telah di gunakan dataran cina sejak Dinasti Sui (abad ke 6 )Dinasti T'ang ( abad ke 7 ) menggunakannya untuk mewarnai kain sutera. Kain dengan tehnik pewarnaan yang sama juga ditemukan dari peninggalan nenek moyang bangsa jepang, india, dan berbagai negara di benua afrika.

Di indonesia sendiri metode pencelupan warna dengan menggunakan lilin telah menjadi bagian tradisi dari susku suku di Toraja, Halmahera, Papua, Sumatra dan Jawa sejak sekitar abat ke 7. Ada ahli sejarah yang mengatakan metode tersebut di perkenalkan oleh orang cina. Uniknya, meski metode pewarnaan kain dengan memanfaatkan lilin sebelum pencelupan sudah dikenal oleh orang banyak di berbagai suku bangsa di dunia dan dengan berbagai nama,namun kata "batik" menjadi nama yang istimewa untuk merujuk metode pewarnaan tersebut. Kata "batik" muncul pertama kali dalam peta bahasa dunia setelah pada tahun 1880. Kata "batik" masuk di dalam Encyclopedia Britannica dengan tulisan battik

Batik Sebagai Komoditi Perdagangan Antar Negara.

Kata batik merupakan peleburan dua kata dari bahasa jawa, amba dan titik. Meski ada kemungkinan metode batik telah di kenal di indonesia sejak abad ke 7,namun kain batik baru mendapat nama pada saat kain batik menjadi pakaian keluarga kerajaan di jawa sekitar abad ke 13.Desain kain batik dirancang untuk menunjukan status kebangsawanan priyayai jawa.

Kain batik dikerjakan dengan proses seni dan pembuatan yang rumit serta memakan waktu. Ini yang membuat kain batik menjadi kain yang bermutu dan memeiliki nilai jual. Beberapa buku sejarah mencatat bahwa kain batik dari jawa adalah komoditi dagang kerajaan jawa di dalam perdagangan dunia sejak abad ke 13. Kain batik juga merupakan bagian dari hadiah yang dipertukarkan utusan raja dipulau jawa denagan para kolegannya di kerajaan lain,termasuk kaisar negeri cina.

Di masa penjajahan belanda,banyak pedagang belanda yang mengumpulkan kain batik jawa untuk di bawa pulang ke negerinya,termasuk kemudian menjadi koleksi di museum belanda. Kain batik juga membuat kagum masyarakat dan para pekerja seni ketika di pamerkan di eksebisi di paris pada tahun 1990.

(sumber HasR4tna Blog)

Dan apakah mungkin pula perkembangan Batik yang di gunakan sejalan dengan Trilogi Van Deventer

yang mana isi nya sebagai brikut

Politik Etis atau Politik Balas Budi

Tulisan van Deventer itulah yang kemudian membuka mata pemerintah Belanda untuk mengubah sistem Tanam Paksa dan sistem Liberal dengan kebijakan baru yang kemudian dikenal sebagai Politik Etis atau Politik Balas Budi. Politik Etis ini kemudian dikenal sebagai Trilogi van Deventer, yakni meliputi tiga kebijakan, yaitu:

Pertama, migrasi. Yang dimaksud migrasi adalah proses pemindahan penduduk dari Jawa ke luar Jawa, untuk dijadikan buruh yang akan dipekerjakan di daerah perkebungan atau daerah pertambangan milik Belanda. Kuli kontrak dari Pulau Jawa dipindahkan ke perkebunan karet di Pematang Siantar, Sumatera Utara, di daerah pertambangan batubara di Sawahlunto, Sumatera Barat, dan bahkan juga di negeri jajahan Belanda di luar negeri. Maksud awal kebijakan ini memang dipandang sebagai kebijakan yang bersifat simbiose mutualistis, karena dapat menguntungkan pihak Belanda di satu sisi, tetapi juga untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat di sisi lainnya. Namun, kenyataanya tidak demikian. Kebijakan itu semata-mata juga menguntungkan Belanda. Makin banyak hasil bumi dan hasil tambang yang dikeruk oleh Belanda dari bumi pertiwi Indonesia. Sementara rakyat tetap dalam keadaan miskin dan tertindas.

Kedua, irigasi. Negara Belanda dikenal mempunyai keahlian dalam bidang teknologi perairan. Laut di Belanda dapat dibendung dan dijadikan daerah perkotaan. Oleh karena itu, dalam hal teknologi pengairan, Belanda memang jagonya. Melalui kebijakan irigasi, Belanda membangun jaringan irigasi yang diperlukan untuk pengairan teknis sawah dan perkebunan yang dicetak Belanda. Lagi-lagi kebijakan ini sesungguhnya bukanlah sebagai politik balas budi Belanda, melainkan semata-mata untuk mengeruk lebih banyak lagi kekayaan dari tanah jajahan.

Ketiga, edukasi. Kebijakan edukasi adalah pemberian kesempatan untuk bersekolah bagi rakyat jajahan. Untuk itu, maka perluasan besar-besaran jumlah sekolah dilakukan oleh Belanda. Pembukaan sekolah itu kemudian juga membuka peluang untuk pembukaan sekolah-sekolah guru untuk penyediaan gurunya. Diperoleh caratan dari Kementerian Jajahan pada tanggal 16 Desember 1901 bahwa jumlah siswa sekolah guru di Banding ditambah dari 50 menjadi 100 orang, di Yogyakarta dari 75 menjadi 100 orang, di Probolinggo dari 75 menjadi 100 orang, di Semarang dibuka sekolah guru baru dengan siswa sebanyak 100 orang (Dedi Supriadi, 2003: 11). Namun, apa dengan demikian rakyat jajahan dapat memperoleh pendidikan secara merata? Tidak, karena yang memperoleh kesempatan untuk memperoleh pendidikan tersebut kebanyakan adalah golongan priyayi, dengan maksud untuk diangkat menjadi pegawai Belanda.

Walhasil, politik balas budi sebagaimana dirancang oleh van Deventer kenyataanya hanya untuk kepentingan Belanda semata-mata. Setidaknya itulah pandangan dari rakyat jajahan. Trilogi van Deventer yang telah menjadi catatan dalam sejarah pendidikan Indonesia..

(Sumber Suparlan.com)

Coba perhatikan di point 1 yaitu migrasi dari Jawa ke Siantar,apakah dalam proses migrasi ini masyarakat turut serta juga membawa kain batik tentu pasti nya ya kalo kita liat dari pada kronologi sejarah batik yang ada di jawa tentu masyrakat jawa pun telah mengakar dan membudaya menggunakan dan mengenakan batik dalam kehidupan sehari-hari dan kala itu bisa saja terjadi karena kreativ nya seorang raja hingga akhirnya membuat batik pun menjadi gotong nah kalo memang disini terjadinya asimilasi budaya batik itu tentu penggunaan gotong batik pun tidak begitu tua keberadaannya di Simalungun untuk lebih jelasnya lagi coba kita masuk ke pada sejarah batik yang ada di sumatra

Batik Sumatra

Batik Tanah Liek menurut sejarahnya berasal dari Cina yang dibawa oleh pedagang Cina. Karena indahnya wanita Minang memanfaatkan batik ini untuk selendang. Harganya tergolong mahal Sehingga hanya digunakan pada acara-acara tertentu saja. Pada acara itu pun hanya dipakai oleh ninik mamak dan bundo kanduang, atau panutan adat. Selendang ini selalu dipertahankan oleh orang Minang sebagai kerajinan peninggalan nenek moyang. Tidak di ketahui pasti sejak kapan batik liek ada di padang ,Batik ini disebut batik tanah liek, karena batik yang asalnya dari Sumatera Barat itu salah satu pewarnanya adalah tanah liek, yaitu tanah liat. Ada bermacam-macam sumber pewarna alam lainnya. Ada yang dari kulit jengkol, kulit rambutan, gambir, kulit mahoni, daun jerame dan masih banyak akar-akar lainnya yang juga digunakan

Batik Palembang memang berasal dari Jawa sekitar 100 tahun yang lalu dengan motif yang telah mengalami adaptasi dengan budaya Palembang. Adapun motif batik Palembang di antaranya adalah kembang jepri, lasem, sisik ikan, gribik, encim, kembang, bakung, kerak mutung, sembagi, dan salahi. Selain motif diatas, terdapat motif baru yang sangat khas nuansa Palembangnya yaitu batik songket, yang memadukan motif songket kedalam kain batik.

Batik Riau Kerajaan,Daek Lingga dan Kerajaan Siak dengan warna khas melayu yaitu kuning atau perak dan menggunakan tehnik cap. Awalnya batik ini hanya berkembang dikalangan kerajaan dan sempat tenggelam sekian lama. Baru pada sekitar tahun 1985, pemerintah daerah mengambil inisiatif untuk mengembangkan kembali batik khas Riau. Dari pengembangan motif tradisional yang ada diciptakan motif baru yang tak lari dari akarnya yaitu antara lain: Bungo Kesumbo, Bunga Tanjung, Bunga Cempaka, Bunga Matahari Kaluk Berlapis, dll. Umumnya motif diatas memiliki benang merah yaitu berbentuk garis memanjang seperti tabir. Karena motif yang seperti tabir itulah sehingga Batik Riau juga sering dibilang sebagai Batik Tabir.

Batik Besurek Bengkulu, disebut batik besurek karena motifnya menyerupai kaligrafi huruf arab. Di beberapa kain, terutama untuk upacara adat, kain ini memang bertuliskan huruf Arab yang bisa dibaca. Tetapi, sebagian besar hanya berupa hiasan mirip huruf Arab. Selain motif kaligrafi, batik besurek Bengkulu juga memiliki motif lain seperti motif bunga raflesia, motif burung kuau, motif relung paku, motif rembulan, dan banyak lagi. Dilihat dari motifnya, maka batik besurek dapat dikatakan memiliki karakter dan motif yang khas dan sangat unik dibandingkan Batik lain di Indonesia yang hanya dapat dijumpai di Bengkulu. Sayang jika kita mencoba melacak mengenai asal muasal batik besurek ini, kita akan mengalami kesulitan untuk menemui literatur mengenai sejarah batik besurek. Dan juga disayangkan, karena kurang dilestarikan, jumlah pengrajin batik besurek juga terus mengalami penurunan dari waktu ke waktu.

Batik Jambi, diantara semua jenis batik khas Sumatera, batik Jambi bisa dikatakan merupakan batik yang paling populer baik di ‘rumah’ sendiri maupun di luar propinsi Jambi. Menurut beberapa literatur, konon sekitar tahun 1857, Batik Jambi dibawa oleh keluarga Haji Muhibat dari Jawa Tengah. Sesuai perkembangan zaman, Batik Jambi telah memiliki kekhasan tersendiri dan dikembangkan oleh keluarga raja-raja Melayu Jambi, dimana setiap kerajaan memiliki motif tersendiri. Sehingga tidaklah mengherankan kalau sekarang tiap kabupaten memiliki motif tersendiri yang menambah keragaman dan keunikan motif batik Jambi. Dimana jika dilihat motifnya, terdapat lebih dari 100 jenis motif batik Jambi, seperti anca, kapal sanggat, duren pecah, sawit, perahu pencalang, karet, nagosari, burung punai, rotan, tampuk manggis, riang-riang, patola, dan lainnya. Beberapa literatur juga menyebutkan, kalau sejak tahun 1928 batik jambi sudah dikenal oleh dunia luar. Diprakarsai oleh Tuan Tassilo Adam, seorang etnolog dan fotografer, yang mengenalkan batik Jambi untuk pertama kali kepada Departemen Etnologi Institut Kolonial di Amsterdam. Pewarnaan batik Jambi diambil dari antara lain, kulit kayu bergetah dan daun jambu, daun mengkudu, serta daun mangga yang direbus dan memanfaatkan kulit kayu jelutung, kulit kayu bulian, kayu lempato, dan kulit kayu merbau, yang didapat dari hutan di Jambi. Untuk mencari Batik Jambi di Propinsi Jambi jauh lebih mudah dibandingkan mencari batik sumatera lainnya di propinsi masing-masing, karena banyaknya pengrajin Batik Jambi dan begitu membudayanya batik jambi di masyarakat Jambi.

(Sumber : http://cintaibatik.blogspot.com/)

Dari sumber-sumber ini sudah sangat jelas bagimana itu asal muasal batik dan perkembangan nya baik itu di jawa maupun di sumatra,lalu coba kita sandingkan apakah mungkin pada abad ke 5 simalungun yang kala itu sebut saja kerajaan nagur berkuasa sudah mengenal batik,dan apakah penulis tentang Nagure tersebut telah melakukan penelitian ke nasakah-naskah kuno yang ada di jawa bahwa ada raja dari simalungun di kala itu meminang putri mataram ke mataram,ada berapa ribu pasukan yang di bawa dan bagimana cara nya melamar?? kalo memang ada bukti-bukti tersebut tentu kita akan sangat berbangga sekali sebagai orang simalungun kalau kala itu kerajaan simalungun telah di perhitungkan di nusantara.

"Kalaupun saya tahu, Parpandanan Na Bolag menulis soal Negeri Padang Rapuhan. Sejak kapan Padang Rapuhan disebut Kerajaan Medang (Mataram Kuno) yg ada diabad 8-10 tersebut, Justru tidak satu-dua orang tua menyebut Padang Rapuhan untuk daerah Firdaus Sei Rampah; bahkan ada syair yg menyebut Padang Rapuhan itu"

(Sumber Muhar Omtatok)

"Sekilas tentang padang rapuhan,padang rapuhan adalah daerah yang mana paman atau Tulang dari pada kerajaan Parpandanan Na Bolag bermukim di daerah tersebut di kisahkan bahwa Pangeran mengambil Putri Tulang nya yang ada di padang rapuhan untuk di jadikan permaisuri,di kisahkan pula kalo padang rapuhan itu jauh sekali jarak nya dari kerjaan PNB tapi menurut sumber Muhar Omtatok bhwa padang rapuhan berada di seirampah bukan merujuk kepada mataram kuno

"Kalau kata teman saya dari kerajaan Sriwijaya dimana ada persawahan, berarti ada pengaruh Mataram. Karena ada persyaratan untuk menyerahkan hasil padi. Mungkin iya mungkin tidak, bisa diteliti. Beberapa daerah di indonesia ada yg tak tau menanam padi dan tak ada pengaruh Mataram di situ."

Tadi saya ada baca tentang uis padang rusak. Menurut penelitian Sandra Niesen, itu berasal mulanya dari Aceh. Sama seperti uis gara di Karo yg berasal dari Aceh. Mulanya waktu Sibayak Pa Sendi ke Aceh dan dihadiahakan kain berwarna merah yg kelak kami pakai dan namakan Uis Gara.

Uis kami berwarna indigo. Bila dilihat di foto-foto lama, Kabanjahe, Brastagi dan Sibolangit adalah pusat penjualan pewarna indigo. Warna indigo dari Karo yg paling kuat. Sandra Niessen berkata pada saya, penenun sekitar Tongging membawa uis/ulos untuk dicelup ke Kabanjahe bila ingin warna indigo. Itu yg dilakukan Sandra tahun 80an. Ia membawa kain itu ke Kabanjahe untuk menemui nande Indra untuk mencelupkan sekaligus pendekatan untuk riset penelitiannya.

Jadi besar kemungkinan, batik juga adalah barang yg dibeli dari luar daerah. Bukan dibuat ditempat pemakainya. Bisa diliat dari motifnya. Kalau bercorak cerah, ikan berarti dari orang pantai (Cirebon, Pekalongan). Kalau Jogja agak kelam. Karena melihat foto-foto penenun Karo juga agak meragukan. Sepertinya ini proyek pembinaan Belanda yg dilakukan Kontroler Karolanden-Simalungun untuk ketahanan sandang di Karo.

Penenun yg dianggap baik berasal dari sekitar Tongging dan 2 desa di Toba lagi yg aku lupa namanya. Dulu ada selembar gelondong kain, lalu kami potong dan jahit untuk menjadi baju dan celana. Hanya ada kain berwarna putih dan hitam. Sepertinya ini juga dibeli di luar Karo. Karena menjadi petani saat itu lebih menguntungkan daripada menjadi penenun."

(Sumber Edi Sembiring)

Disini saya harapkan kepada Sanina Juandaha Raya Purba Dasuha (JRP),agar dalam pembuatan sebuah naskah sejarah ada baiknya lebih detail dan teliti lagi,disini saya bukan menyanggah pendapat Saudara saya JRP mengenai gotong batik dan prihal melamar putri mataram.Disini saya mau meminta pendapat apakah Saudara saya JRP sudah benar-benar melakukan penelitian lebih jauh hingga menggunakan berbagai macam metode untuk mendukung sebuah naskah sejarah yang di tuliskan..

Diatei Tupa

(Dori Alam Tangar Barita Raja Girsang S.kom)
Juandaha Raya Purba berkata :


"KERAJAAN NAGUR (500-1400)


Nagur pada masa kejayaanya terdiri dari dua wilayah; di selatan oleh Nagur dan di utara oleh Kerajaan Batangiou yang selanjutnya berub ah menjadi Kerajaan Tanah Jawa. Menurut kisah, raja Nagur pada masa jayanya menjemput permaisuri (puang bolon) dari Kerajaan Mataram di Jawa. Dari sini bermula orang Simalungun memakai gotong batik seperti yang kita pakai sampai sekarang ini."




Keterangan photo "Batak hoofd met zijn gevolg te Simaloengoen tahun 1935 yang artina kurang lebih keluarga pembesar simalungun"


coba perhatikan baik yang kiri dan kanan adalah jelas-jelas wanita Jawa,karena mereka memakai batik dan wajah pun juga wajah jawa disini saya mencoba mau mengangkat tentang gotong batik,nah andaikan saja sejak abad ke 4 masyarakat simalungun sudah memakai gotong batik dan terkhusus pembesar-pembesar simalungun lalu mengapa di photo ini para pembesar simalungun itu tidak menggunakan gotong batik ??


Coba kita masuk dan telaah lebih dalam mungkin kita tidak dapat jawaban paling tidak kita akan dapat sedikit kerangka berpikir dalam pembuatan sebuah pernyataan ataupun sebuah ulasan tentang sejarah karena apabila tidak kita ceramati bisa jadi ini akan menjadi mengakar kuat dan menjadikan sebuah kenyataan bahwasannya pada Abad ke 5 Simalungun sudah mengenakan kain batik.

berikut urain demi uraian saya babarkan disini berikut dengan sumber-sumber nya


Kita tilik saja terlebih dahulu asal muasal Batik Jawa dan Batik Sumatra


Batik Jawa


Batik adalah tehnik tehnik pewarnaan pada kain dengan menggunakan lilin yang membentuk motif lalu di celupkan kedalam zat pewarna. tehnik pencelupan ini disebut sebagi wax resistancedyeing technique yang sudah di kenal di berbagai penjuru dunia. Lilin mengikuti motif yang di gambar terlabih dahulu di maksudkan untuk menahan warna pada saat pencelupan. Dan setelah dikeringkan,kain bisa di celup dengan warna kain untuk memberikan variasi pada warna.


Bangsa mesir sudah mengenal tehnik ini sejak sebelum masehi,dan konon kain indah yang menyelimuti mumi di warnai melalui proses wax resistancedyeing technique. Ahli sejarah juga menemukan tehnik pewarnaan seperti ini telah di gunakan dataran cina sejak Dinasti Sui (abad ke 6 )Dinasti T'ang ( abad ke 7 ) menggunakannya untuk mewarnai kain sutera. Kain dengan tehnik pewarnaan yang sama juga ditemukan dari peninggalan nenek moyang bangsa jepang, india, dan berbagai negara di benua afrika.


Di indonesia sendiri metode pencelupan warna dengan menggunakan lilin telah menjadi bagian tradisi dari susku suku di Toraja, Halmahera, Papua, Sumatra dan Jawa sejak sekitar abat ke 7. Ada ahli sejarah yang mengatakan metode tersebut di perkenalkan oleh orang cina. Uniknya, meski metode pewarnaan kain dengan memanfaatkan lilin sebelum pencelupan sudah dikenal oleh orang banyak di berbagai suku bangsa di dunia dan dengan berbagai nama,namun kata "batik" menjadi nama yang istimewa untuk merujuk metode pewarnaan tersebut. Kata "batik" muncul pertama kali dalam peta bahasa dunia setelah pada tahun 1880. Kata "batik" masuk di dalam Encyclopedia Britannica dengan tulisan battik


Batik Sebagai Komoditi Perdagangan Antar Negara.


Kata batik merupakan peleburan dua kata dari bahasa jawa, amba dan titik. Meski ada kemungkinan metode batik telah di kenal di indonesia sejak abad ke 7,namun kain batik baru mendapat nama pada saat kain batik menjadi pakaian keluarga kerajaan di jawa sekitar abad ke 13.Desain kain batik dirancang untuk menunjukan status kebangsawanan priyayai jawa.


Kain batik dikerjakan dengan proses seni dan pembuatan yang rumit serta memakan waktu. Ini yang membuat kain batik menjadi kain yang bermutu dan memeiliki nilai jual. Beberapa buku sejarah mencatat bahwa kain batik dari jawa adalah komoditi dagang kerajaan jawa di dalam perdagangan dunia sejak abad ke 13. Kain batik juga merupakan bagian dari hadiah yang dipertukarkan utusan raja dipulau jawa denagan para kolegannya di kerajaan lain,termasuk kaisar negeri cina.


Di masa penjajahan belanda,banyak pedagang belanda yang mengumpulkan kain batik jawa untuk di bawa pulang ke negerinya,termasuk kemudian menjadi koleksi di museum belanda. Kain batik juga membuat kagum masyarakat dan para pekerja seni ketika di pamerkan di eksebisi di paris pada tahun 1990.


(sumber HasR4tna Blog)


Dan apakah mungkin pula perkembangan Batik yang di gunakan sejalan dengan Trilogi Van Deventer

yang mana isi nya sebagai brikut

Politik Etis atau Politik Balas Budi


Tulisan van Deventer itulah yang kemudian membuka mata pemerintah Belanda untuk mengubah sistem Tanam Paksa dan sistem Liberal dengan kebijakan baru yang kemudian dikenal sebagai Politik Etis atau Politik Balas Budi. Politik Etis ini kemudian dikenal sebagai Trilogi van Deventer, yakni meliputi tiga kebijakan, yaitu:


Pertama, migrasi. Yang dimaksud migrasi adalah proses pemindahan penduduk dari Jawa ke luar Jawa, untuk dijadikan buruh yang akan dipekerjakan di daerah perkebungan atau daerah pertambangan milik Belanda. Kuli kontrak dari Pulau Jawa dipindahkan ke perkebunan karet di Pematang Siantar, Sumatera Utara, di daerah pertambangan batubara di Sawahlunto, Sumatera Barat, dan bahkan juga di negeri jajahan Belanda di luar negeri.  Maksud awal kebijakan ini memang dipandang sebagai kebijakan yang bersifat simbiose mutualistis, karena dapat menguntungkan pihak Belanda di satu sisi, tetapi juga untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat di sisi lainnya. Namun, kenyataanya tidak demikian. Kebijakan itu semata-mata juga menguntungkan Belanda. Makin banyak hasil bumi dan hasil tambang yang dikeruk oleh Belanda dari bumi pertiwi Indonesia. Sementara rakyat tetap dalam keadaan miskin dan tertindas.


Kedua, irigasi. Negara Belanda dikenal mempunyai keahlian dalam bidang teknologi perairan. Laut di Belanda dapat dibendung dan dijadikan daerah perkotaan. Oleh karena itu, dalam hal teknologi pengairan, Belanda memang jagonya. Melalui kebijakan irigasi, Belanda membangun jaringan irigasi yang diperlukan untuk pengairan teknis sawah dan perkebunan yang dicetak Belanda. Lagi-lagi kebijakan ini sesungguhnya bukanlah sebagai politik balas budi Belanda, melainkan semata-mata untuk mengeruk lebih banyak lagi kekayaan dari tanah jajahan.


Ketiga, edukasi. Kebijakan edukasi adalah pemberian kesempatan untuk bersekolah bagi rakyat jajahan. Untuk itu, maka perluasan besar-besaran jumlah sekolah dilakukan oleh Belanda. Pembukaan sekolah itu kemudian juga membuka peluang untuk pembukaan sekolah-sekolah guru untuk penyediaan gurunya. Diperoleh caratan dari Kementerian Jajahan pada tanggal 16 Desember 1901 bahwa jumlah siswa sekolah guru di Banding ditambah dari 50 menjadi 100 orang, di Yogyakarta dari 75 menjadi 100 orang, di Probolinggo dari 75 menjadi 100 orang, di Semarang dibuka sekolah guru baru dengan siswa sebanyak 100 orang (Dedi Supriadi, 2003: 11). Namun, apa dengan demikian rakyat jajahan dapat memperoleh pendidikan secara merata? Tidak, karena yang memperoleh kesempatan untuk memperoleh pendidikan tersebut kebanyakan adalah golongan priyayi, dengan maksud untuk diangkat menjadi pegawai Belanda.

Walhasil, politik balas budi sebagaimana dirancang oleh van Deventer kenyataanya hanya untuk kepentingan Belanda semata-mata. Setidaknya itulah pandangan dari rakyat jajahan.  Trilogi van Deventer yang telah menjadi catatan dalam sejarah pendidikan Indonesia..

(Sumber Suparlan.com)


Coba perhatikan di point 1 yaitu migrasi dari Jawa ke Siantar,apakah dalam proses migrasi ini masyarakat turut serta juga membawa kain batik tentu pasti nya ya kalo kita liat dari pada kronologi sejarah batik yang ada di jawa tentu masyrakat jawa pun telah mengakar dan membudaya menggunakan dan mengenakan batik dalam kehidupan sehari-hari dan kala itu bisa saja terjadi karena kreativ nya seorang raja hingga akhirnya membuat batik pun menjadi gotong nah kalo memang disini terjadinya asimilasi budaya batik itu tentu penggunaan gotong batik pun tidak begitu tua keberadaannya di Simalungun untuk lebih jelasnya lagi coba kita masuk ke pada sejarah batik yang ada di sumatra


Batik Sumatra

Batik Tanah Liek menurut sejarahnya berasal dari Cina yang dibawa oleh pedagang  Cina.  Karena indahnya wanita Minang memanfaatkan batik ini untuk selendang. Harganya tergolong mahal  Sehingga hanya digunakan pada acara-acara tertentu saja. Pada acara itu pun hanya dipakai oleh ninik mamak dan bundo kanduang, atau panutan adat.  Selendang ini selalu dipertahankan oleh orang Minang sebagai kerajinan peninggalan nenek moyang. Tidak di ketahui pasti sejak kapan batik liek ada di padang ,Batik ini disebut batik tanah liek, karena batik yang asalnya dari Sumatera Barat itu salah satu pewarnanya adalah tanah liek, yaitu tanah liat. Ada bermacam-macam sumber pewarna alam lainnya. Ada yang dari kulit jengkol, kulit rambutan, gambir, kulit mahoni, daun jerame dan masih banyak akar-akar lainnya yang juga digunakan



Batik Palembang memang berasal dari Jawa sekitar 100 tahun yang lalu dengan motif yang telah mengalami adaptasi dengan budaya Palembang. Adapun motif batik Palembang di antaranya adalah kembang jepri, lasem, sisik ikan, gribik, encim, kembang, bakung, kerak mutung, sembagi, dan salahi. Selain motif diatas, terdapat motif baru yang sangat khas nuansa Palembangnya yaitu batik songket, yang memadukan motif songket kedalam kain batik.


Batik Riau Kerajaan,Daek Lingga dan Kerajaan Siak dengan warna khas melayu yaitu kuning atau perak dan menggunakan tehnik cap. Awalnya batik ini hanya berkembang dikalangan kerajaan dan sempat tenggelam sekian lama. Baru pada sekitar tahun 1985, pemerintah daerah mengambil inisiatif untuk mengembangkan kembali batik khas Riau. Dari pengembangan motif tradisional yang ada diciptakan motif baru yang tak lari dari akarnya yaitu antara lain: Bungo Kesumbo, Bunga Tanjung, Bunga Cempaka, Bunga Matahari Kaluk Berlapis, dll. Umumnya motif diatas memiliki benang merah yaitu berbentuk garis memanjang seperti tabir. Karena motif yang seperti tabir itulah sehingga Batik Riau juga sering dibilang sebagai Batik Tabir.



Batik Besurek Bengkulu, disebut batik besurek karena motifnya menyerupai kaligrafi huruf arab. Di beberapa kain, terutama untuk upacara adat, kain ini memang bertuliskan huruf Arab yang bisa dibaca. Tetapi, sebagian besar hanya berupa hiasan mirip huruf Arab. Selain motif kaligrafi, batik besurek Bengkulu juga memiliki motif lain seperti motif bunga raflesia, motif burung kuau, motif relung paku, motif rembulan, dan banyak lagi. Dilihat dari motifnya, maka batik besurek dapat dikatakan memiliki karakter dan motif yang khas dan sangat unik dibandingkan Batik lain di Indonesia yang hanya dapat dijumpai di Bengkulu. Sayang jika kita mencoba melacak mengenai asal muasal batik besurek ini, kita akan mengalami kesulitan untuk menemui literatur mengenai sejarah batik besurek. Dan juga disayangkan, karena kurang dilestarikan, jumlah pengrajin batik besurek juga terus mengalami penurunan dari waktu ke waktu.


Batik Jambi, diantara semua jenis batik khas Sumatera, batik Jambi bisa dikatakan merupakan batik yang paling populer baik di ‘rumah’ sendiri maupun di luar propinsi Jambi. Menurut beberapa literatur, konon sekitar tahun 1857, Batik Jambi dibawa oleh keluarga Haji Muhibat dari Jawa Tengah. Sesuai perkembangan zaman, Batik Jambi telah memiliki kekhasan tersendiri dan dikembangkan oleh keluarga raja-raja Melayu Jambi, dimana setiap kerajaan memiliki motif tersendiri. Sehingga tidaklah mengherankan kalau sekarang tiap kabupaten memiliki motif tersendiri yang menambah keragaman dan keunikan motif batik Jambi. Dimana jika dilihat motifnya, terdapat lebih dari 100 jenis motif batik Jambi, seperti anca, kapal sanggat, duren pecah, sawit, perahu pencalang, karet, nagosari, burung punai, rotan, tampuk manggis, riang-riang, patola, dan lainnya. Beberapa literatur juga menyebutkan, kalau sejak tahun 1928 batik jambi sudah dikenal oleh dunia luar. Diprakarsai oleh Tuan Tassilo Adam, seorang etnolog dan fotografer, yang mengenalkan batik Jambi untuk pertama kali kepada Departemen Etnologi Institut Kolonial di Amsterdam. Pewarnaan batik Jambi diambil dari antara lain, kulit kayu bergetah dan daun jambu, daun mengkudu, serta daun mangga yang direbus dan memanfaatkan kulit kayu jelutung, kulit kayu bulian, kayu lempato, dan kulit kayu merbau, yang didapat dari hutan di Jambi. Untuk mencari Batik Jambi di Propinsi Jambi jauh lebih mudah dibandingkan mencari batik sumatera lainnya di propinsi masing-masing, karena banyaknya pengrajin Batik Jambi dan begitu membudayanya batik jambi di masyarakat Jambi.


(Sumber : http://cintaibatik.blogspot.com)


Dari sumber-sumber ini sudah sangat jelas bagimana itu asal muasal batik dan perkembangan nya baik itu di jawa maupun di sumatra,lalu coba kita sandingkan apakah mungkin pada abad ke 5 simalungun yang kala itu sebut saja kerajaan nagur berkuasa sudah mengenal batik,dan apakah penulis tentang Nagure tersebut telah melakukan penelitian ke nasakah-naskah kuno yang ada di jawa bahwa ada raja dari simalungun di kala itu meminang putri mataram ke mataram,ada berapa ribu pasukan yang di bawa dan bagimana cara nya melamar?? kalo memang ada bukti-bukti tersebut tentu kita akan sangat berbangga sekali sebagai orang simalungun kalau kala itu kerajaan simalungun telah di perhitungkan di nusantara.


"Kalaupun saya tahu, Parpandanan Na Bolag menulis soal Negeri Padang Rapuhan. Sejak kapan Padang Rapuhan disebut Kerajaan Medang (Mataram Kuno) yg ada diabad 8-10 tersebut, Justru tidak satu-dua orang tua menyebut Padang Rapuhan untuk daerah Firdaus Sei Rampah; bahkan ada syair yg menyebut Padang Rapuhan itu"

(Sumber Muhar Omtatok)


"Sekilas tentang padang rapuhan,padang rapuhan adalah daerah yang mana paman atau Tulang dari pada kerajaan Parpandanan Na Bolag bermukim di daerah tersebut di kisahkan bahwa Pangeran mengambil Putri Tulang nya yang ada di padang rapuhan untuk di jadikan permaisuri,di kisahkan pula kalo padang rapuhan itu jauh sekali jarak nya dari kerjaan PNB tapi menurut sumber Muhar Omtatok bhwa padang rapuhan berada di seirampah bukan merujuk kepada mataram kuno


"Kalau kata teman saya dari kerajaan Sriwijaya dimana ada persawahan, berarti ada pengaruh Mataram. Karena ada persyaratan untuk menyerahkan hasil padi. Mungkin iya mungkin tidak, bisa diteliti. Beberapa daerah di indonesia ada yg tak tau menanam padi dan tak ada pengaruh Mataram di situ."


Tadi saya ada baca tentang uis padang rusak. Menurut penelitian Sandra Niesen, itu berasal mulanya dari Aceh. Sama seperti uis gara di Karo yg berasal dari Aceh. Mulanya waktu Sibayak Pa Sendi ke Aceh dan dihadiahakan kain berwarna merah yg kelak kami pakai dan namakan Uis Gara.


Uis kami berwarna indigo. Bila dilihat di foto-foto lama, Kabanjahe, Brastagi dan Sibolangit adalah pusat penjualan pewarna indigo. Warna indigo dari Karo yg paling kuat. Sandra Niessen berkata pada saya, penenun sekitar Tongging membawa uis/ulos untuk dicelup ke Kabanjahe bila ingin warna indigo. Itu yg dilakukan Sandra tahun 80an. Ia membawa kain itu ke Kabanjahe untuk menemui nande Indra untuk mencelupkan sekaligus pendekatan untuk riset penelitiannya.


Jadi besar kemungkinan, batik juga adalah barang yg dibeli dari luar daerah. Bukan dibuat ditempat pemakainya. Bisa diliat dari motifnya. Kalau bercorak cerah, ikan berarti dari orang pantai (Cirebon, Pekalongan). Kalau Jogja agak kelam. Karena melihat foto-foto penenun Karo juga agak meragukan. Sepertinya ini proyek pembinaan Belanda yg dilakukan Kontroler Karolanden-Simalungun untuk ketahanan sandang di Karo.


Penenun yg dianggap baik berasal dari sekitar Tongging dan 2 desa di Toba lagi yg aku lupa namanya. Dulu ada selembar gelondong kain, lalu kami potong dan jahit untuk menjadi baju dan celana. Hanya ada kain berwarna putih dan hitam. Sepertinya ini juga dibeli di luar Karo. Karena menjadi petani saat itu lebih menguntungkan daripada menjadi penenun."


(Sumber Edi Sembiring)


Disini saya harapkan kepada Sanina Juandaha Raya Purba Dasuha (JRP),agar dalam pembuatan sebuah naskah sejarah ada baiknya lebih detail dan teliti lagi,disini saya bukan menyanggah pendapat Saudara saya JRP mengenai gotong batik dan prihal melamar putri mataram.Disini saya mau meminta pendapat apakah Saudara saya JRP sudah benar-benar melakukan penelitian lebih jauh hingga menggunakan berbagai macam metode untuk mendukung sebuah naskah sejarah yang di tuliskan..


Diatei Tupa

(Dori Alam Tangar Barita Raja Girsang S.kom)
  • Dori Alam Girsang Tulang @Berlian ijon ma hu posting komentar mu ai tene,halani i jai dalam bentuk file do lang adong gambar ni .. Berlian Saragih Tarima kasih ma lae DG. Huahap pe, hal na baru do gotong batik on banta Simalungun. Huhatahon sonai, halani lang hal na umum sapari bani dalahi na dewasa margotong batik. Ompungku sandiri na ongga ope jadi upas ni Raja Raya bani awal abad 20, lang dong manimpan gotong. Anggo lang halak na bayak (umumni keluarga raja ampa partuanon), lang sanggup margotong batik. Alasanni, lang na binahen secara lokal ai songon ragi panei, bulang ampa suri2. Barang dagangan na iimport do batik ai banta Simalungun. Halani ai, sapari, bani na padalan horja2 adat, somal do halak manginjam gotong. Sanggah danak ope au, i rumahnami domma dong ragi panei, suri-suri ampa bulang, tapi anggo gotong batik seng ongga dong. Hansi, sanggah perkawinan ni boru ni bapatua hubani anak ni amborunami i Raya bani awal tahun 50an, margotong do lawei ai. Hansi lang hubotoh atap na baru atap na manginjam do. Bani perkawinannami tahun 73 margotong na baru do au, na langsung irahuthon (lang songon sondahan on na dob ikopiahkon) das honsi hanami i rumahnami i Sidamanik. Bani pesta perkawinannami Sondiraya seng dong na margotong.

  • Berlian Saragih Tarima kasih lae.

  • Dori Alam Girsang Franz Saragih Garingging berkaitan dengan gotong postingan ham itu coba bandingkan dengan saduran yang aku buat ini...

  • Juandaha Raya Purba Gotong batik konteks zaman dulu hanya dimiliki/dipakai oleh keluarga berada/raja/partuanon atau tungkat-tungkat harajaon! Rakyat jelata tak mampu membeli batik dan asesoris adat, selain merasa sungkan memakainya karena mengganggap dirinya tidak layak!
    Ada pepatah Simalungun:
    Husuan namin kasang, borong pe lang marbuah;
    Husuba namin marlajang, gotong pe lang marubah.

    Jelas gotong adalah simbol perubahan status, dari yang tidak berpunya jadi berpunya, dari garama menjadi paramangon: Gotong adalah produk Jawa yang punya kaitan historis dengan Simalungun; dan mahkota yagn biasa dipakai raja-raja dan orang-orang besar Simalungun; ingat dulu setiap laki-laiki Simalungun na marhajabuan dipakaikan gotong pusaka leluhurnya turun-temurun bersama dengan istrinya! Sampai sekarang di sebagian keluarga raja-raja Simalungun masih memegang tradiisi itu turun temurun, termasuk di keluarga saya sendiri! Kami punya seperangkat pakaian adat SImalungun yang usianya sudah ratusan tahun lengkap dengan asesoris dan pustaha laklak serta perlengkapan hadatuon leluhur dulu! Dan itu diamanahkan turun temurun disimpan oleh anak tertua dari garis keturunan laki-laki tanpa terputus!

  • Dori Alam Girsang Kata batik merupakan peleburan dua kata dari bahasa jawa, amba dan titik. Meski ada kemungkinan metode batik telah di kenal di indonesia sejak abad ke 7,namun kain batik baru mendapat nama pada saat kain batik menjadi pakaian keluarga kerajaan di jawa sekitar abad ke 13.Desain kain batik dirancang untuk menunjukan status kebangsawanan priyayai jawa.Abad ke 13 lah batik baru terkenal dan di pakai para bngsawan jawa.. nah berakaitan dengan gotong batik abad ke 5 di simalungun bagimana itu? apa rujukan ilmiahnya dan lalu apa benar kerajaan nagure mangalop putri mataram kuno di abad itu...apakah hal yg senada di temukan di manuscipt2 kuno jawa??
  • Dori Alam Girsang dan menurut saya gotong itu lebih kepada pelindung kepala,dan menurut saya hiou padang rusak pun ketika di lilitkan di simanjujung sudah termasuk gotong...gotong tidak selama nya batik
  • Juandaha Raya Purba bedakan pengertian gotong sebagai tutup kepala biasa dengan lambang status! padang rusak adalah tenunan tradisional, seluruh rakyat boleh menenun, tetapi tidak semua orang bisa berhubungan dengan batik, dan batik tentu identik dengan status sosial yaitu kelompok elit Simalungun, yaitu kelas penguasa, raja-raja, kaum bangsawan! Boleh saja seluruh rakyat jelata memakai padang rusak, tetapi tidak semua orang bisa sembarangan memakai batik apalagi pakai doramani yang menunjukkan status sosial. sama misalnya topi polisi, hanya polisi yang bisa memakainya berikut asesoris kepangkatannya, kalau ada non polisi memakainya maka itu polisi gadungan! Jadi ketika orang Simalungun tempo dulu memakai batik, itu tanda status sosialnya berada di jenjang highest class, kelas penguasa, kelas bangsawan! Ini jelas dan masih bisa dibuktikan di tengah masyarakat kita, hampir tidak semua orang di Simalungun punya warisan leluhur ratusan tahun berupa batik dan asesoris adatnya selain yang ada hubungan dengan para raja dan kelas penguasa! itu sudah pasti!
  • Alie Saragih Menyimak
  • Dori Alam Girsang Lalu siapa nama putri mataram itu??? Dan siapa raja yg berkuasa saat itu di mataram kuno,krn high class yg punya lalu apa nama corak batik yg di kenakan sebagai gotong itu,krn corak batik yg khusus pula lah yg di pakai oleh para priyayi...
  • Berlian Saragih Sintong do lae DG, lang maningon batik ase goranon gotong. Sapari ganjang do gan jambulan ni age dalahi, ai lang sai adong gunting bahen pamangkas. Jadi porlu do irahut jambulan ni dalahi. Anggo lang dong hiou tinonun songon padang rusak, somal do buluh ialis tipis tar hun bolag, anjaha ai ma ililithon bahen bahen gotong. Gotong humbani buluh ai igoran: BAOH. Nai ma nini ompung sanggah SR ope ahu tahun 50an.
  • Rajin S Saragih Menarik utk diketahui...
  • Girsang Mhle BOAH, Dong Do Hira" Bani Hasoman Na Marpoto Ma Makei On?
    Dttpma.
  • Girsang Mhle Ralat BAOH Do Hapeni!
  • Djaja Surapati Saragih Pas do ai Dori Alam Girsang ?, Kerajaan Nagur (500-1400), artini eksis selama 900 tahun. Singosari dan Majapahit adong bani abad 12, artini Nagur lobeinan dong.
  • Dori Alam Girsang Yah kalo memang nagure pernah eskis selama 900 tahun wow luar biasaa sekali itu,di muka bumi ini dinasti apa pun itu namanya jarang kita temuin eksis sampe 900 tahun...dinsati2 cina pun tidak sampai sebegitunya..dan paling kuat tiap2 dinasti selama 300 tahun saja lalu di gantikan oleh dinasti yg lain,gengis khan dengan dinasti fhu mancu(mancurian) kalo ƍäª salah hanya bertahan 200 tahun kurang lebih setelah setalah kubalai khan tidak berkuasa lagi di gantikan oleh cucu2nya tidak adalagi ada emperor sedahsyat gengis khan..

    Nah kalo lah memang nagure pernah berkuasa selama 900 tahun seharusnya nama nagure ada dong di naskah2 tua di jawa kuno kalo lah memang kerajaan nagure pernah meminang putri mataram kuno...

    Bagaimana kita ini mau membuat buku sejarah yg benar2 berbasiskan ilmiah kalo data kita saja "miskin"
  • Djaja Surapati Saragih Namanukkun sekalian patangkaskon da ahu ai, halani bani postingan tertulis Kerajaan Nagur(500-1400).
  • Dori Alam Girsang Sarupa do hita ai dahkam...ase lebih takkas homa,dan lumayan untuk memperbanyak notifikasi...hehehehehehehe
  • Rajin S Saragih Aroma Nagur Raya mulai muncul kembali,dan segala kemungkinan bisa tjd utk mjd provinsi. Why Not!
  • Jaya Saragih Saya masih melihat cerita soal nagur ini hanya hikayat atau dongeng. Karena bukti otentik tentang kebesaran dan panjangnya umur kerajaan nagur tidak di dukung bukti bukti fisik. Biasanya kerajaan yg sampai berumur ratusan tahun, pastilah meninggalkan jejak yang cukup banyak, sementara di lain pihak, kerajaan medang (mataram kuno)di jawa, kemudian singosari (malang), dilanjutkan majapahit ( kediri ) dan mataram islam ( demak dan yogyakarta) serta kerajaan sriwijaya di palembang, serta kerajaan swarnabhumi di jambi, bahkan kerajaan panai di tapanuli selatan, tidak pernah mencatat keberadaan nagur. Jadi saya pribadi belum yakin nagur itu pernah ada di simalungun. Karena klaim aceh lebih kuat dan otentik soal nagur.
  • Dori Alam Girsang kita tunggu saja tanggapan dari Juandaha Raya Purba...
  • Juandaha Raya Purba NAGUR JELAS BUKAN DONGENG, BUKAN FIKSI, NAGUR ITU FAKTA, NAMA KAMPUGN D I SIMALUNGUN DAN SERDANG BEDAGAI JELAS ADALAH BUKTI BAHWA NAGUR PERNAH ADA DI SUMATERA TIMUR! BUKTI-BUKTINYA DULU ADA, SAYANGNYA DIHABISKAN PENGUSAHA ONDERNEMING DULU, SITUS KERAJAAN NAGUR DIHANCURKAN, BATU-BATU BERSEJARAH DIJADIKAN BAHAN MATERIAL BANGUNAN DAN JALAN RAYA! DI PAMATANG SAJA, DI PABRIK ES DULU BANYAK BERTEBARAN PATUNG-PATUNG KUNO PENINGGALAN NAGUR. BAHKAN SAYA BACA DI BUKU J.L. TICHELMAN, STEENPLATIEK IN SIMELOENGOEN ADA FOTO PATUNG PENINGGALAN NAGUR DI SITU! TERMASUK CATUR NYA YANG MASIH TERSIMPAN DI MUSEUM SIMALUNGUN!
  • Dori Alam Girsang lalu siapa nama putri mataram kuno yang di lamar pangeran nagure itu...??
  • Juandaha Raya Purba Nama bagi orang Simalungun kuno itu sifatnya sakral; tidak bisa disebut! Sampai kini pun nama raja-raja Simalungun itu banyak tidak diketahui. Jadi tidak diketahui lagi siapa namanya. Zaman dulu, siapa kedapatan menyebut nama raja atau permaisuri (puang bolon) dihukum mati! Memahami sejarah jangan dipahami kondisi saat ini, sebab sudah banyak perubahan dari masa silam! Contoh dekat, dulu parumaen dan mangkela simatuannya dipantangkan oleh adat berklomunikas, bahkan berada di rumah berdua pun tidak bisa! (masih dipraktekkan di Sipolha dan sebagian di Raya), tetapi sekarang ini sudah tidak seperti itu lagi! Apalagi kalau menyangkut tradisi para bangsawan! Pastii lebih rumit dan sayannya sudah banyak yang tidak kita ketahui lagi!
  • Dori Alam Girsang ok lah kalo memang begitu,lalu bagimana yng di jawa apa disana ada arsip yg mengatakan bhwa putri mereka yng cantik itu di lamar oleh salah seorang pangeran nagure
  • Juandaha Raya Purba Harus diakui kelemahan sejarah kita tidak terdokumentasi, tidak terarsipkan dan melulu hanya lisan saja! Dan lisan ini sudah diceritakan oleh generasi ke generasi dan pastilah banyak versi!
  • Rajin S Saragih Sptnya harus di conform ke kesultanan jogja kali ya. Mgkn hasomanta na i jogjakarta boi mandapot info ai. Menarik do sarita on idihuti tene.
  • Dori Alam Girsang yah lisan sih lisan,saya hanya heran saja bagimana orang simalungun di abad ke 5 mengatakan mataram?? apa pas pelafalannya?? dan lalu kalo ke mataram kala itu apa armada yg di pakai kesana mengingat jarak tempuh nya ber mil2 dari sumatra...jelas di PNB mengatakan seorang pangeran mambuat boru ni Tulang nya ke padang rapuhan,dan jelas dari pengurain Omtatok Muharius bahwa padang rapuhan ada di sei rampah.... Lawei Rajin S Saragih yah muda2an ke sultan jogya nanti gak kluar jawaban "pantang nama itu disebut kan...."
  • Rajin S Saragih Mnrt au adong do persamaan sifat kehalusan budi pekerti ni halak simalungun pakon jawa/mataram on bah. Hanya halak jawa/mataram on lembut tapi ganas. Ekpspansi do harosuhni....santabi lang data ilmiah on da.
  • Djaja Surapati Saragih Sepakat Juandaha Raya Purba, Kerajaan Nagur lang Fiksi, tapi nyata. Hanya saja keberadaan ni ra lang humbani abad ke 5. Mataram kuno pe baru dong bani abad 8 janah runtuh bani abad 9, sedangkan mataram (islam) baru dong bani th 1500an. Anggo dong do hubungan ni Ekspedisi Pamalayu pakon Nagur (dhi kerajaan batang iou?) artini Nagur itu ada pada abad ke 12,semasa Majapahit. Dori Alam Girsang. Gotong naisobut baoh, humbani buluh,aima ra lobenan. Baru manusul ma gotong humbani batik, halani mambatik ope na boi, lape boi mambahen bonang atap martonun atap kain. Dob ai pe gotong na humbani padang rusak nidokan. On pe parpudionna man ai, dong bonang pakon alat martonun. Datu (paranormal) pe mamakei gotong (batik) do homa, ra ijia sidea on pe jolma na penting/ihormati do tikki ai.
  • Djaja Surapati Saragih Selain datu, pandihar pakon orang-orang tua pe somaldo mamakei gotong (batik), boi halani hatuaonni 9dituakan) boi halani cuaca. Cara mamakei ni pitah ialithon bani simanjujung,lang apala minsur/tegak huatas songon na somal ipakei siparunjuk nuan on. Untuk mandapothon gotong ai, tontu melalui pertukaran (mamboli).
  • Berlian Saragih Lang hubotoh atap na ongga do membudaya mambatik i Simalungun ase gabe adong gotong batik banta. Tapi anggo martonun domma dong hunsaparinari. Nasinobut nasiam padang rusak (pedang rusak?) ai lang ope hubotoh na sonaha do ai. Anggo nini ompungku sanggah, SR ope au, gati do ia marboniaga hu tanoh Deli, mangalop jarum, garam ampa madat sonai homa gotong ampa barang na legan anggo adong na martonah. Lang hubotoh atap na adong do i musem Simalungun peninggalan ni alat2 mambatik.
  • Berlian Saragih Cara margotong sondahanon bani tahun 80an pe mulai dong. Bani perkawinannami tahun 1973 ililithon do gotonghu. Anggo adong na sihol mambotoh sonaha manlilithon gotong, versi Sin-Raya, boi do naajari.
  • Dori Alam Girsang Djaja Surapati Saragih keberadaan Baoh kita anggap lah jauh lebih tua dari semua gotong yg ada,lalu apa mungkin bani abad ke 5 domma adong batik i simalungun,sedangkan di jawa batik ada sejak abad ke 7 dan lalu pada abad ke 13 baru batik di pakai oleh kalangan priyayi jawa....nah andikan tadi di ktakan pada abad ke 13 pangeren nagure di beri hadiah gotong batik mungkin bisa sedikit masuk akal...
  • Dori Alam Girsang Berlian Saragih na ongga hu teliti gotong ku sendiri adong lebel nya dengan tulisan "batu" maksud nya ini menunjukan salah satu daerah di malang bisa jadi saja batik itu dari malang,mungkin bukan malang kita anggap sajalah dari solo atwpun purwokerto
  • Berlian Saragih Yah, lae Dori Alam Girsang, warna pakon corak ni gotong na adong i tongah2ta Simalungun sondahanan on pe bagei do. Dong na hun Yogya, mamboban batik Yogya. Dong na hun Purwakerta mamboban na hun Purwakerta, sonai homa na hu Malang, pnl. Atap na sonaha pe ai nuan, asal ma batik Jawa. Lang mungkin be dong raja na mambahen ketetapan, anggo i Raya na asi ai ma Batik Malang, anggo i Silimakuta batik Yogya, anggo i Tnh Jawa batik Pekalongan, pnl. ha ha ha .......
  • Alie Saragih Berarti sedo hape na i baen i simalungun hape hiou batik ni gotong ai tene bapa BS?
    Niagan do selama on na ipadear i sim ai.
    Berarti tongon do gonai hata ni opung hu bhwa na manako sejarah do hita bni batik ai.
    Anggo bni jawa taplak meja do i baen ai, hape roh hita i pargotong.
    Ongga do tarpaidah au i kantor perusahaan i baen ai taplak meja.
  • Djaja Surapati Saragih Botul Bp. Berlian Saragih.Lang dong membatik bani budayata. Halani ai, ase boi dapot (batik), melalui pertukaran (dgn segala bentuknya). Mangihutkon sejarah batik (Jawa), bahasa membatik, mambahen klir pakon warna bani kain. Kain dapot hun luar,nini al.Cina. Dapot uhur do ai halani mambahen kain dong lobei bonang pakon alat tenun. Sukkun-sukkun,(1) Mulai sadiharido Simalungun boi mambahen kain/hiou (bonang pakon alat tenun)? (2)Ise do lobenan Jawa mambatik dibanding Simalungun mambahen hiou/kain ? Mangihuthon postingan ni Dori Alam Girsang, batik i jawa domma dong abad ke 7,janah ipakai priyayi abad ke 13. Cara mangalithon/bentuk ni gotong ninuhur adalah bagian ni keindahan/seni ronsi ujuanni. Halani ai do ra terjadi pergeseran dari masa ke masa agepe ianan.
  • Dori Alam Girsang jadi kerajaan nagure tidak pernah melamar putri dari kerajaan mataram kuno.... karena hingga hari ini tiada bukti ilmiah yang bisa di paparkan oleh Juandaha Raya Purba... jadi saran saya ada baik nya sebelum menulis sebuah buku atw artikel ada baik nya lakukan lah penelitian yang lebih mendalam agar data yang di ke
    mukakan tidak dangkal....
  • Jaya Saragih Kalau di kerajaan nagur berpantang menyebutkan nama raja dan puang bolon, biasanya nama julukannya boleh di sebutkan. Kalau memang sama sekali tidak bisa di sebutkan, bisa jadi juga. Cuma agak aneh saja. Tapi menurut kebiasaan kerajaan di jawa, semua kejadian penting di dalam kerajaan, apalagi menyangkut kawula kedaton, pastilah di catat, apalagi peristiwa besar, putri medang dilamar raja dari sumatera, yg pernah tercatat di sejarah, putri dari kerajaan Swarnabhumi jambi, dilamar kertanegara dari majapahit yaitu dara petak, ibundanya Kali gemet, yg setelah naik tahta bernama sri jayanegara.
    Jadi sedikit aneh cerita nagur melamar putri mataram. Apalagi di tinjau dari sisi armada laut nagur yg belum terdengar ceritanya, kalau juga ada, apa hubungan nagur dengan swarnabhumi atau sriwijaya? Karena kalau mau ke jawa, haruslah melewati laut yang di kuasai kerajaan adityawarman tersebut. Dan artefak yang di temukan, bisa jadi bukti keberadaan nagur, tapi tidak cukup membuktikan panjangnya umur dinasti nagur dan kebesarannya sampai bisa melamar putri mataram. Apakah juga si puing puing itu ditemukan tulisan yg menyebutkan nagur?
  • Juandaha Raya Purba Ai ogung pakon mongmong sonai sitalasayak pe lang bagianta ai da! Lang ongga dong i Simalungun on na boi mambahen ogung songon ogung sitandol na hinan (na sompat ipakei ihutanami, tadinganni raja Nagur ondi na ilaum tuan Raya).... anggo on pe lang dong hita sibahensi, ai lang masuk budayanta on anggo sonai. Ija pe lang adong budaya na so marhubungan pakon budaya na legan. Hita Simalungun itongah-tongahni Batak-Malayu, ase budayani pe ai do homa. Dong banta unsur Malayu (upacara makan sirih) pakon gondang (Batak). Tontu na ibuat ompungta do ai na hina gabe bagian ni budayani! Anggo Nagur tontu sonai do homa sapari. Halani harajaon do ia, tontu adong ma hubunganni pakon harajaon na legan i zaman ni! Ai ma na iwarishon hu harajaon marompat das hu banta on, tontu marhitei perkembangan ni bei! Batik ai pe sonai do.
  • PahompuniRaja Ompungnaihorsik semua baik, dan kita apresiasi penelusuran jejak atau mata rantai sejarah simalungun yang terhilang.
  • Friendky Sejati marga aha do ompung in bg,anggo lang salah garingging kan?? ompung naihorsik.

No comments:

Post a Comment